Selasa, 30 Juli 2013

Di Konawe Selatan, Transportasi Rakit Kembali Populer

Konawe Selatan, BL -Rati (60 tahun) nampak sibuk. Matanya yang tua nampak serius mengamati celah kecil disetiap potongan bambu. Melalui lubang-lubang kecil itu seutas tali rotan dililit untuk mengikat setiap potongan bambu dengan sebatang  kayu yang berfungsi sebagai palang agar menyatu dan kuat.

Rati pembuat rakit di Laeya. foto: yos/sultranews.com
Pagi itu, Rati tak sendiri, Ia ditemani anaknya, Udi (30 tahun). Keduanya terus memintal bambu-bambu menjadi sebuah rakit."Sudah hampir kelar,"katanya. Tepat menjelang siang rakit pekerjaan rakit akhirnya kelar dan langsung diturunkan ke sungai. Tak cukup waktu lama, rakit milik ratik berhasil mendulang rupiah.   
  
Ya, Sepekan belakangan hidup sebagian warga Konawe Selatan seolah kembali ke jaman bahuela. Rakit bambu tiba-tiba kembali populer sebagai moda transportasi dan kini begitu aktrab bagi warga di wilayah itu. Betapa tidak  akses jalan darat yang selama ini menghubungkan kawasan laut Torobulu ini sama sekali tak bisa lagi  dilewati kendaraan roda empat. Terputus tepat di Kelurahan Ambalodangge akibat yang melanda Konawe Selatan beberapa pekan lalu.

Nah, bagi warga sekitar dan pengguna roda dua takl ada pilihan lain selain naik rakit. Sedikitnya terdapat sepuluh buah rakit berukuran empat kali dua  meter yang siap melewati arus sungai yang deras. Rakit-rakit ini digilir satu persatu mengangkut penumpang.

Warga Ambalodangge berebut rejeki di tengah musibah banjir. Foto:Yos/Sultranews.com
Bisnis dadakan ini memang begitu menggiurkan. Betapa  setiap orang yang hendak lewat menggunakan rakit ditarik tarif sebesar 10 ribu. Dan untuk satu kendaraan bermotor sebesar 30 ribu rupiah. "Warga benar-benar panen uang dari sungai ini,"kata Mada, warga Ambalodangge. Tak hanya rakit sebagian warga juga mebawa perahu untuk mengangkut penumpang.

Sejak musibah melanda warga sekitar sungai Laeya benar-benar mendulang rejeki, diperkirakan seharinya setiap pemilik rakit mampu meraup uang jutaan rupiah. Biaya yang patas dari sebuah kerja  keras menantang maut di sungai yang deras dan dingin.     Sayang sejak beroperasi banyak dari pemilik rakit tidak menjalankan ibadah puasa. Mereka bebas merokok dan minum saat bekerja.

Diperkirakan  menjelang lebaran tiba nanti, pengguna rakit akan semakin meningkat, terutama para pemudik yang hendak menyeberang ke Kabupaten Muna dan Baubau. (Yos Hasrul).http://www.beritalingkungan.com/2013/07/saat-transportasi-rakit-kembali-populer.html

0 Comments:

Post a Comment



Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Popular posts

Menu

Blogroll

Blogger news

Blogger templates

Blogger templates

By :
Free Blog Templates